Pada suatu hari yang bukan hari minggu, saya yang tidak sedang turut ayah saya ke kota, naik mobil travel dalam sebuah perjalanan dari Bandung. Walaupun begitu, saya masih duduk di muka, tentunya bukan berada di samping pak kusir yang sedang bekerja, tapi di samping pak sopir yang sedang menyetir, menyetir mobil supaya baik jalannya.
Oh sodara, itu adalah sebuah perjalanan di malam hari, malam hari yang gelap. Di tengah perjalanan, sodara, tahukah kau bahwa lampu mobil itu matilah. Dan karena lampu mobil itu matilah, maka mobil pun terpaksa berhentilah. Semua penumpangnya pun lalu turunlah. Ya, begitulah… Oalaah…
Ya, bapak sopir yang tadi sibuk menyetir mengendalikan mobil supaya baik jalannya itu pun sekarang tersibukkan oleh pekerjaan memperbaiki lampu.
Dan saya, seperti biasa menyalakan rokok, tentunya lalu menghisapnya dan mengeluarkan asapnya, untuk kemudian mencari tempat yang nyaman untuk duduk menikmati yang bisa dinikmati. Tempat itu adalah didekat dua anak muda yang sepertinya mahasiswa yang belum senior yang sedang asyik ngobrol. Ah, tak ada yang lebih nikmat ketika kau menunggu sopir memperbaiki lampu selain duduk santai, merokok, minum Pocari Sweat sambil menguping orang ngobrol…
Dan tema obrolan malam itu, sungguh serius sodara: tentang sistem ekonomi, wuedyaan… (berlebihan)
“……paradigma dasar dari kapitalis adalah modal sesedikit mungkin dan untung sebanyak-banyaknya” begitu si anak muda berkaca mata berkata dengan penuh semangat.
“……ujung-ujungnya, yang terjadi adalah eksploitasi di negara-negara penghasil bumi seperti endonesa kita ini, eksploitasi yang bukan hanya hasil buminya saja, tapi juga tenaga kerjanya yang dibayar murah…” lanjutnya, diikuti anggukan temannya.
Bahasan selanjutnya adalah tentang komentarnya bahwa prinsip ekonomi, baik itu kapitalis maupun sosialis adalah sama-sama prinsip ekonomi yang orientasi utamanya pada materi.
“…prinsip ekonomi seharusnya tidak didahului dengan paradigma yang cuma berorientasi materi yang hanya melulu berpikir tentang untung dan rugi, prinsip ekonomi harusnya diawali dengan pemahaman bahwa tugas utama manusia adalah mengelola bumi, bersama-sama memakmurkan bumi, meraih kesejahteraan dengan saling mencintai antar sesamanya, nurani dulu baru materi…” lanjutnya lagi dengan semangat yang berapi-api.
Ya, sodara-sodara, si anak muda berkaca mata itu menyampaikan pendapatnya dengan sungguh bersemangat.
Mendengarkan si anak muda berkaca mata tersebut berbicara membuat saya berkesimpulan bahwa: Rhoma Irama itu memang benar, bahwa masa muda adalah masa yang berapi-api! Wakakaka, maaf sodara, hanya itu memang yang bisa saya simpulkan.
Ah, semoga semangat berapi-api itu nantinya bisa tahan lama…
Darah muda darahnya para remaja
Yang selalu merasa gagah
Tak pernah mau mengalah
Masa muda masa yang berapi-api(Ya, ini lagunya Rhoma Irama)
waduh….udah semangat baca juga……ujung2nya roma juga…
jiakakakakakak…. jadi rhoma irama……!!!!
minuman keras…. miras
apapun jenismu…
ta akan ku cium lagi walau secuil… secuil… jiakakakak
ngawuuuuuur
jarene ketika mahasiswa masih kagum marxis dan beberapa tahun setelahnya masih normal menjadi sosialis, nah ketika sudah mapan maka dia akan berpikir secara kapitalislah…. begitulah biasanya… dan memang iyalah..
njaluk udude no…jiahaha
ra mudeng saya kang ama kapitalis, maunya jadi blogger matrealistis bin gratiz 😛
endignya ituuuuuu satria bergitar 😀
tapi memang darah muda itu masih pure ya belum terkontaminasi macam2
teks book kadang ngak bisa diterapin di kehidupan nyata
Seperti pernah mendengar yang seperti itu…
Dimana yaaa…
Semangat berapi2 mudah2an bertemu dengan bensin pengambi kebijakan, so jangan bisa bikin ledakan dan gebrakan..!
@sitidjenar: UUR dunk, ujung2nya Rhoma?
@indra putu achyar: haha….
@suryaden: ketoke pancen iyo mas, lha kroso penak kok
@ekaria27: belum terkontaminasi garam kehidupan, juga bumbu-bumbu lain yang terasa enak tapi mengandung racun kimia…
@suwung: kasunyatan pancen luwih angel mas…
@mahendra: waduh, yang mana ya bos?
@IjoPunkJutee: kebakaran..!!!!
Lha situ kok ndak ikutan nimbrung, bilang kenapa sosialisme ndak jadi falsafah ekonomi aja? Biar pura-pura keliatan pinter gitu lho..
wueedddyan..!
kalo bang oma bilang: T errr La Luuu… haha
aku cekikikan (bukan kecekik) baca tulisan di atas.
bagaimana tidak, sebuah tulisan yang mengkolaborasikan sebuah lagu anak-anak (delman istimewa) dan berakhir dengan duwangduutt..
haha..
terrLaLLuUu..
kaget aku..
kok lagunya rhoma irama
kenapa coba musti ada bang haji di endingnya? kekeekeke..
Rhoma irama emang tokoh fenomenal apalagi sekarang muncul Ridho Rhoma
Syukurlah, masih ada anak muda zaman sekarang yang masih mau membicarakan itu.. 😀
ayoo bangun pemudi pemuda…
@vicky: wakaka, saya nimbrungnya waktu obrolan beralih ke topik liga champion…
@nurannisaa7: ndangnduuuut……..
@annosmile: syukurlah kalo kaget, hehe
@zee: hehe, kenapa ya?
@Elzastrouw: dengan lagu daur ulangnya, hehe…
@puak: ya, kalo dibandingin dengan anak muda yang cuma mikirin hura-hura memang jumlahnya sedikit…
@madi: let’s go, insya Allah…
terlaluu… *geleng2 kpala*
hehehe…ketauan penggemarnya bang haji ya..?
@menik: terlaluu… *gukngangguk ngangguk..*
@tuyi: halah, sampeyan ki ket wingi jer ngomongke ketahuan, ketoro nek lagi seneng nyanyi ketahuan karo gitaran neng prapatan kidul bulakamba, hehe…
jarene pikirane marxis, hatinya sosialis, perut kapitalis, bawah perut atheis..
jiakakakakkk
wuih anak muda yang hebat, yang dibahas sosialis dan kapitalis. kalau saya dulu jaman kuliah yang diobrolin paling-paling masalah cewek
saya sudah hampir lupa dengan bahasan tentang kapitalis, sosialis, markis, dan is,is yang lain salam mas
yang penting tetap semangat dalam menghadapi hidup usia boleh tua seperti Rhoma tapi semangat tetap muda seperti Ridho mas
Waduh…ada dangdutnya….
Goyang dulu ah….
ndak papalah ketimbang judiiiii..cieeeeet meracuni keimanan…
wah ada hiburan di akhir tulisannya
wiikikikik, lucu tenaan..
😀
mas grubik ini mesti ketemu sesuatu yang asyik yak dalam perjalanan
maw ikutan nyanyi ah,,
darah muda. . .
lambene cah enom ki biasa, isih bingung nggolek jatidiri, yo podho jaman ku kuliah, nggoleki Tuhan iku sering nongkronge nang endi? jal lak yo ra penting blas to, menisbikan yang sudah baku wkwkwkwkwkwkwk..
wakakakakakak… ngga mau kalah sama bang oma neh cerita nya… jangan2 yg punya blog ini adalah Ridho rhoma ya…???
ya, ya, ya, begitulah, mas grubik, di negeri ini, bahkan juga di belahan bumi mana pun aroma kapitalisme itu jelas sekali tercium. apa pun selalu diukur dg duwit. dunia pendidikan yang notabene menjadi agen peradaban pun tak luput dari situasi semacam itulah. ya begitulah!
wakakakakaka… kesimpulannya jauh panggang dari api 😀
btw, memang semasa kuliah itu mahasiswa selalu idealis ya. ntar juga pas udah terjun ke dunia kerja mulai luntur semangat berapi2nya, tergantikan semangat nyari duit 😀
usul lagu….lingsir wengi..lokasi satsiun balapan..sepur pramex..
jaman sdh brubah tnyata…beda ama jaman kita muda dulu yo mbul
coba dengerin lagunya lolot…. yang judulnya bangsat…
pasti mengena deh…
yo’i
semoga semangat darah muda itu nggak angetanget tai ayam…
semoga anakanak muda yang idealis nggak tumbuh menjadi orangorang tua sok tau yang ujungujungnya ngabisin duit negara buat foyafoya dan maen perempuan…
AMIIN…
ya dan semangat muda seharusnya bisa diwujudkan dengan bukti nyata dilapangan walau tidak harus duduk dikursi empuk “DEWAN”
kapitalisme hanya akan menciptakan perbedaan kelas. BTW, dari kapitalisme ke Rhoma Irama?
tak apa2 dunk mas kalo si anak muda begitu bersemnagat menggayang kapitalisme. semoga sih itu bukan gejolak masa muda ajah. he2.
SEHARUSNYA ANAK MUDA ITU MENJADI ANGGOTADEWAN YANG TERHORMAT AJA BIAR BISA NGONTROL NEGARA ATAU JADI MENTERI EKONOMI DAN KEUANGAN SAJA.
HEHE IDEALNYA EMANG BEGITU, TAPI KENYATAANNYA KALAU MATA UDAH TERSILAUKAN OLEH UANG YA BISA BUBAR SEMUA IDEALISME ITU. SEMUA TERGANTUNG NURANI…
SALAM
kapitalesme nggak bisa di pisahkan dengan kehidupan moderen
manusia butuh kapitalis.. cuman bisakah kita ngontrol kapitalis dalam diri kita ato kita menghamba pada kapitalis 🙂
Hhmm…Iyah..iyah teman saya juga ada yang seperti itu..
taoi kalo saya mah ga bisa blak-blakan seperti itu tanpa memberikan solusi yang jelas..
Mengkritik adalah sebuah pekerjaan yang amat snagat mudah, namun apakah kita sudah evaluatif dan berusaha mencari solusinya..???
Saya rasa banyak dari jawaban Anda yang menjawab ” BELUM”
Keep smile… 🙂
heheheh..ko ada Roma Irama nya???
saya doakan amin aja deh
🙂
awww, darah muda..wah dari paradigma ampe ekonomi, sosialis, kapitalis ama matrealistis bin gratiz terposting mas
lah terakhire malah ada bang rhoma 😆
sukses buat bang rhoma…halahhhh kaborrrr 😀
mampir lagi bro
Oh.. sungguh ter-lha-lhu.. heheheh.. 😛
Saya yakin semangat itu akan bertahan lama…
Proses waktu yang akan mematangkan sehingga menemukan kebijaksanaannya…
Grub, aku jadi ingat. Suatu hari yg lalu makan di warung di Jogja. Ada beberapa anak muda, kayaknya pegawe biasa, sedang ngganyik ngomongin ini itu proyek yang nilainya Em-Em-an. Sekalipun tidak nyebut Juta, apa lagi rupiah. Dah ganti pa ya, mata uang kita??
Kayaknya kalo dua kelompok anak muda ini diketemuin bakalan seru tuh…
Kok iso pinter tenan ngono, kiro2 kuliahe ning ndi ya? Aku kuliah pirang2 tahun kok orang pinter2 😛