Kita Punya Selera

Sebuah merek rokok memiliki slogan Pria Punya Selera. Maksudnya tentu mencitrakan rokok tersebut digemari oleh orang yang punya selera.

Dulu, kami sering memplesetkan slogan tersebut menjadi pria punya sakler. Sak ler adalah kata dalam bahasa jawa artnya satu batang. Kami suka dengan plesetan tersebut karena bisa berarti ganda. Satu batang bisa diartikan sebagai “batang” yang itu, yang memang pria pria punyanya ya cumak satu. Dan satu batang juga bisa diartikan dalam arti yang sesungguhnya, yaitu sebatang rokok, karena kami adalah kaum pembeli rokok  ketengan, sehingga beli rokoknya ya perbatang, sak ler…

Kembali ke merek rokok tadi…

Pria punya selera tentunya diartikan sebagai selera tinggi. Artinya perokok yang merokok merek tersebut dicitrakan orang-orang yang berselera tinggi.

Lha.., adakah itu selera tinggi dan selera rendah? Benarkah selera ada kastanya?

Marilah kita ngomongin ihwal perseleraan dengan agak ngawur dan semena-mena (suka-suka penulisnya).

Selera rokok

Kita mulai dari rokok. Dalam hal merokok, ada yang suka rokok kretek, ada yang suka rokok pake filter ada yang suka nglinting secara mandiri. Ada yang sukanya minta temennya, ada yang suka minta temennya trus ngantongin korek apinya…

Masing-masing merek rokok punya taste yang khas, ada yang berat, ringan dan terlalu ringan, ada juga yang besarnya sak biting, ada juga yang rasa mentol. Tiap merek memiliki pemakaian tembakau maupun takaran campuran cengkeh maupun rempah yang berbeda, ada yang tidak pakai cengkeh juga. Setiap perokok punya pilihannya sendiri, punya seleranya sendiri, berdasarkan taste dan tentunya dengan isi kantong masing-masing. Lha dimanapun kualitas terbaik biasanya lebih mahal.

Dalam hal ini, selera akan sangat tergantung dengan subyektivitas dalam “merasakan” dan juga sumber daya keuangan yang dimiliki.

Selera makan

Kawan dari timur atau utara Jawa kalau berkunjung ke Jogja dan sekitarnya akan sering mengomentari sayur yang rasa kolak. Lha, mereka terbiasa dengan rasa yang cenderung asin disuguhi sayuran dengan cita rasa manis ya gitu.

Ada banyak variasi dalam pengolahan makanan, baik itu dari sisi bahan maupun bumbu. Tiap daerah punya kekhasannya masing-masing. Tiap individu punya seleranya masing-masing pula.

Selera makan juga ditentukan berapa lama anda tidak makan. Semakin lapar ya semakin berselera. Tapi ya kalau sudah kelaparan ya,sudah gak ada urusan dengan selera.

Dalam hal ini, selera akan sangat tergantung dari kebiasaan, dan juga merupakan sesuatu yang ada ketika kita bisa memilih.

Selera musik

Saya adalah orang yang bisa mendengarkan semua jenis musik, dari mulai klenengan jawa sampai death metal saya bisa menikmatinya. Yang membuat saya bisa ilfil terhadap sebuah lagu atau genre musik tertentu adalah apabila genre tersebut terlalu populer. Ya mungkin ada satu bagian di diri saya yang agak kemaki, tapi jika sebuah jenis musik jadi begitu populer maka (dalam kurun waktu tertentu) semua orang menyanyikan, setiap hari mendengar jenis lagu yang seperti itu maka ya, kita bahkan sudah bosan ketika sebuah lagu baru didengarkan, lha wong bebunyian yang keluar maupun lirik lagunya juga mesti begitu kok…

Satu lagi soal musik ini. Saya itu orang Jawa Tengah yang pernah tinggal enam tahun di Jawa Barat. Pas di tanah Pasundan dulu, saya itu kadang ndengerin lagu-lagu Jawa itu kok ngeunah sungguh. Lebih emosionil ketimbang dengerin lagu Jawa saat masih di Jateng. Kemudian saya pindah lagi ke Jateng. Dan saat ini, kadang saya ndengerin kacapi suling itu enak sak pole. Jauh lebih nikmat dibanding ketika dulu saat di tanah Pasundan…

Dalam hal ini, selera musik akan sangat tergantung dari subyektivitas “merasakan” dan kesesuaian dengan pengalaman maupun kenangan emosional

Selera bokep (haha..)

Saat ini, dunia perbokepan telah sedemikian maju.  Seperti juga dalam industri hiburan pada umumnya, dalam bokep saat ini terdapat begitu banyak genre. Konon, setiap orang punya fetish dan fantasinya masing-masing, punya pilihan atau selera berbeda-beda dalam hal seks, dan industri pornografi menangkap kecenderungan tersebut dengan baik dengan menciptakan begitu banyak genre maupun tema-tema eksplorasi fantasi.

Seorang teman mengaku menjadikan bokep sebagai salah satu referensi dalam hal seks. Bukan hanya referensi, bokep bahkan bisa dijadikan sebagai “pengarah” selera. “Pengarah” selera maksudnya adalah upaya untuk membangkitkan selera kita agar sesuai dengan pasangan yang kita miliki. Kata lainnya adalah mengarahkan fantasi kita untuk memiliki fetish yang sesuai dengan pasangan kita, mengarahkan selera biar kita jadi berselera sesuai dengan keadaan pasangan kita. Misal pasangan anda berat badannya tidak bisa kembali ke seperti saat pacaran, alias gak bisa kurus lagi, ya sering-seringlah nonton bokep bergenre BBW (Big Beautiful Woman) biar selera kita sesuai dengan yang kita punya. Bila pasangan kita lebih tua, ada genre milf, trus kalo…

Lhoh kok saya hafal ya? Ini pasti karena teman saya yang ngasih tahu…

Mungkin ini hanya alibi untuk membenarkan kebiasaan mbokep, tapi setidaknya dari (pemahaman lain tentang) bokep, kita belajar bahwa selera bisa “dididik”, bisa diupgrade

Bangsat sekali memang tulisan ini, bahasan dari rokok, makanan lalu musik, eh pembaca disuruh belajar dari bokep…  Tapi ya biarlah

Soal selera yang bisa diupgrade, saya sih setuju. Semakin banyak referensi, orang memang akan punya standar internal yang lebih tinggi tentang sesuatu…

23 komentar pada “Kita Punya Selera”

  1. Intine ndek kalimat mburi yo, mas:

    “Semakin banyak referensi, orang memang akan punya standar internal yang lebih tinggi tentang sesuatu…”

    Aku yes karo iki…

  2. Setuju, upgrade selera memang ada, berbanding lurus dengan upgrade referensi dan upgrade life style biasanya 😄 semakin banyak referensinya, semakin tinggi selera dan life style-nya, karena pilihan semakin banyak which is membuat kita jadi lebih tau mana yang terbaik yang bisa didapat 😆

    Dan persoalan selera sedikit banyak bisa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi juga seperti cerita mas Grub soal perbedaan feeling lagu jawa saat di Jateng atau di tanah Pasundan. Well, good post mas. Dan salam kenal, maaf baru berkunjung balik sekarang 😆🙏

  3. Kalo ngomongin rokok paling sengit sama jenis rokok klembak. Dulu jaman ngekost, yang jaga kost sering ngerokok klembak kalo malem.
    Giliran pas nonton liga Champions di tv kost (sendirian pula), sering kali tiba-tiba tercium aroma kemenyan.
    Sudah tahu itu rokoknya yang jaga kost, tapi ya tetep aja merinding kalo mencium aroma ini sendirian malam-malam.

    1. Lha iya mas, orang terlanjur mengidentikkan menyan dengan setan dan sejenisnya. Padahal opo yo setan jin demit kwi ya seneng menyan tenan to?

      Dijak nonton wae mas pak kose… 😀

  4. Ngakak abis pas bagian “pasti teman yang kasih tahu”

    😂😂😂😂😂😂

    “Temanmu” itu bener bener ahli dalam bidang perbokepan ya mas..

    Btw..Premiere Leagu mo dimulai neh..masih pegang MU? atau dah berpindah ke lain hati?

    1. Konon, dia memang lebih ahli dari ahlinya ahli dan lebih inti daripada inti itu sendiri… 😀

      Soal premier league ya jelas lah bos, semedioker apa pun saya tetep ndukung. tapi tahun ini, menilik hasil pasca lockdown kemaren MU minimal sudah lebih enak ditonton, jadi ya Liverpool jangan kepedean dulu, kemaren aja kalah lawan Arsenal di community shield… 😀 😀

  5. Dulu saya sesekali aja tingwe, Mr Grub. Agak repot soalnya buat beli tembakau dulu, jauh. Sekarang toko tembakau sudah menjamur, sudah enak banget buat tingwe hahaha….

  6. […] Di tulisan saya beberapa waktu kemaren, ada bahasan  soal selera yang bisa diupgrade dengan memperbanyak referensi. Dalam hal ini, konten Cing Abdel ini yang terjadi adalah provokasi untuk kembali ke selera asal. Dan memang provokatif karena jumlah rata-rata kunjungan saya ke warung mie ayam sedikit meningkat sejak suka melihat konten  ini… […]

Tinggalkan Balasan ke grubik Batalkan balasan